Sabtu, 30 Agustus 2008

Belajar dari konvensi Partai Demokrat

Sebelumnya kia ucapkan selamat terlebih dahulu pada Barrack Obama & Joe Biden yang akhirnya resmi dipilih menjadi Capres-Cawapres Partai Demokrat untuk pemilihan presiden Amerika 2008, November mendatang. Terus terang yang ingin saya soroti bukan tentang Barrack Obama nya tetapi pada acara konvensi partai demokrat itu sendiri.Selama ini saya selalu beranggapan bahwa panggung politik tidak lebih dari sebuah "arena gladiator" berukuran satu negara dimana didalamnya penuh dengan intrik-intrik politik, sikut menyikut, saling serang, saling menjatuhkan dan semuanya itu dibungkus oleh azas "tidak ada kawan atau lawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi".

Tetapi apa yang terjadi pada konvensi partai demokrat kemaren benar-benar merupakan sesuatu hal yang luar biasa (kalau dibandingkan dengan apa yang terjadi di negara kita) dimana dalam panggung konvensi tersebut sisi hitam dunia politik yang kejam, bisa ditampilkan dalam bentuk politik yang penuh dengan kekeluargaan, penuh dengan semangat kasih sayang. Saya angkat topi untuk Hilary Clinton yang dengan jiwa besar dapat menerima kekalahan dalam preliminary election partai demokrat. Pada saat preliminary pertarungan antara Hilary dan Obama benar-benar ketat, mereka saling serang menyerang dan sangat berpotensi bukan hanya menjatuhkan kedua kandidat tersebut tetapi juga berpotensi menjatuhkan partai demokrat itu sendiri. Tetapi apa yang kita lihat pada saat konvensi, Hilary Clinton dan juga Bill Clinton dengan berjiwa besar untuk lebih mengutamakan kepentingan partai bahu-membahu memberikan dukungan penuh dan tulus demi kemenangan pasangan Obiden (Obama-Biden) dalam pilpres November mendatang. Hal tersebut sangat kontras dengan apa yang terjadi dinegara kita, yang politisi lompat parpol lah, gak kepilih jadi capres bikin partai baru lah, gak kepilih jadi caleg langsung koar-koar di media massa tentang kasus korupsi dipartainya lah, hmmm semuanya itu cuman semakin menunjukkan betapa kerdilnya sebagian poltisi kita (btw, sekali-kali baca dong "The Magic Of Thinking Big" he3x).

Satu hal lagi yang membuat saya terkesima adala betapa masyarakat Amerika (utamanya pendukung partai Demokrat) benar-benar menaruh harapan besar pada pasangan ini untuk dapat memberikan Amerika yang lebih baik selama 4 tahun mendatang, bahkan sebagian pendukung yang menyaksikan acara itu secara langsung ataupun melalui pesawat televisi sampai menitikkan air mata seolah-olah akhirnya datang seorang ksatria yang akan membawa mereka keluar dalam kegelapan. Yang dapat saya simpulkan dari hal itu adalah bahwa janji-janji yang diucapkan dalam tema kampanye para calon tersebut adalah benar-benar merupakan suatu kebijakan yang akan mereka terapkan pada saat mereka menjadi presiden. Para pemilih akan memilih calon presiden dengan melihat tema kampanye dari para capres dan mereka akan memilih sesuai dengan preferensi politik mereka atas tema kampanye yang diusung para capres. (Once again, hate to say this) Tapi apa yang terjadi dinegara kita tema-tema kampanye tidak lebih dari sebuah iklan obat kuat yang sama sekali tidak bisa dipegang kebenarannya. Jujur saja saya sendiri sudah apatis dan "Who Cares" dengan apa-apa yang mereka janjikan (bagi gw janji2 kampanye mereka gak lebih dari SPAM or HOAX or something like that lebih banyak bullshit nya).

Melihat kondisi tersebut saya cuman bisa berharap dan berdoa moga2 para politisi dan para pemimpin Indonesia yang kita cintai ini, tidak semakin menjerumuskan negara kita kedalam kehancuran yang lebih parah baik karena kebodohan ataupun karena keserakahan mereka.

Tidak ada komentar: